Siapa yang tidak tau Film Avatar. Jutaan mata anak bangsa di Negri ini setia sekali menunggu di depan Televisi untuk menanti film ini tayang di layar Televisi Nasional. Avatar yang juga di kenal dengan The Last Airbender ini awal mulanya adalah Film Kartun serial yang di putar di stasiun Televisi Nickelodeon Amerika Serikat. Film ini di tayangkan sejak dari tahun 2005 – 2008. Film yang di produseri oleh Michael Dante Di Martino dan rekannya Bryan Konietzko mampu menyedot ratusan juta pemirsa di seluruh dunia. Latar cerita dari Film ini diambil dari kisah klasik dalam kitab-kitab agama Buddha tentang akan datangnya sesosok Avatara yang dari generasi ke generasi mengalami reinkarnasi, dan memiliki tugas yang sudah di takdirkannya yaitu menjaga keseimbangan, dan kesinambungan alam dari kekuatan buruk dan jahat dari kerajaan api. Kemudian di kombinasi dengan kartun bergaya Jepang dan Amerika maka kita bisa di nikmati dengan sangat memuskan.
Sedikit flash back mengenai kisah dalam film ini, bahwa dalam film ini menggabarkan ketika dunia dipisahkan kedalam empat suku bangsa, sesuai dengan elemen alam yaitu kerajaan bumi, suku air, pengendara udara dan bangsa api. Dimana pada setiap bangsa tersebut terdapat pengendali, nah pengendali inilah yang akan mengendalikan unsur yang ada di bangsanya. Kemudia dalam setiap generasi muncullah seorang Avatar. Avatar adalah sesosok pengendali tingkat tinggi. Tetapi dia di tuntut untuk dapat mengendalikan ke empat elemen/unsure tersebut dengan maksud agar dia bisa mengjaga bumi tetap tenang dan seimbang dan menggagalkan Raja api yang berkeinginan hendak menguasai bumi dengan sesuatu yang akhirnya akan merusak bumi itu sendiri. Kesuksesan film ini pun membuatnya layak dianugerahi berbagai macam penghargaan dunia.
Nah,Film AVATAR yang sedang di tonton dalam acara malam Athfal di Rumah Missi Masjid Mubarak Medan ini merupakan Versi layar lebar dengan peran manusia asli. Tak pelak lagi ini menarik keseriusan para Athfal Medan untuk tetap setia mengikuti acara ini. Tak cukup sampai di situ, selepas film selesai Bp Mubwil mengajak para Athfal untuk mendiskusikan apa saja yang baru ditonton dan di pahami dari Film tersebut. Tanpa disangka apresiasi para Athfal begitu di luar dugaan. Mereka dapat menceritakan kembali Film tersebut dengan sangat detil, dan beberapa pertanyaan sempat terlontar. Lalu Bp Mubwil menjelaskan filosofi dari Film tersebut adalah tentang kedatangan seorang sosok yang di tunggu bukan saja saudara kita Umat Buddha, tetapi dalam bahasa Hadits ini adalah taklain dan tak bukan merupakan sosok yang akan datang dalam nama sandang Imam Mahdi. Empat elemen itu menujuk kepada ciri watak atau karakter manusia ciptaan Allah. Ada yang semangatnya menyala-nyala, ada yang mudah di bentuk seperti tanah, ad yang hanya mengalir seperti air dan ada juga yang mudah dan ringan dalam segala hal. Sosok Imam Mahdi yang akan datang dalam versi Islam adalah sosok yang akan membawa kedamaian dan keadilan serta keseimbangan alam dan masyarakat. Dia harus mampu meguasai ilmu soial kemasyarakatan untuk dapat mengendalikan keempat karakter manusia atau bangsa.
Di dalam Film itu di katakan bahwa AVATARA dalam mengemban misinya tidak diperkenankan membunuh melukai musuhnya. Tentunya ini merupakan nubuatan bahwa Imam Mahdi juga dalam kedatangannya tidak diperkenankan melukai jiwa lawannya. “Jadi AVATAR itu MASIH MAU’UD Pak Murti, kata Isro’ dan Akbar seorang Athfal yang masih segar walau 2 jam lebih film ini di putar. Fahrizal Ahmad Tarigan (Dede) Koordinator Athfal Medan mengatakan ini satu terobosan kegiatan yang sangat baik untuk mengasah daya intelegensi, ide dan kreativitas para Athfal. Semoga kegiatan ini dapat di tiru oleh Jemaat yang lain bahkan oleh Badan-badan. Ini merupakan kelanjutan dari ide Bapak Mubwil ketika kita mengadakan kelas Tarbiyat di Medan pada 24-27 Desember 2010 yang berakhir dengan WISATA RELIGIOUS mendatangi salah satu VIHARA terbesar di Asia Tenggara, yakni MAHA VIHARA MAITREYA komplek Cemara Medan. Dalam acara tersebut peserta Kelas tarbiyat hendak ditanamkan arti sebuah perbedaan adalah keniscayaan. Dari keberagaman ini kita tumbuh dan dari keberagaman ini pula kita mendapat kemajuan iman dan lainnya. red